Selasa, 03 April 2012

Orang yang Menggenggam Bara Api


ORANG YANG MENGGENGGAM BARA API

Oleh : asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di رحمه الله



Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, ia berkata : Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :


يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ القَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi. [1]

Dan hadits ini menunjukkan khobar dan irsyad (petunjuk).

Adapun khobar, maka beliau صلى الله عليه وسلم mengabarkan bahwa pada akhir zaman kebaikan dan sebab sebab kepada kebaikan akan menjadi sedikit, dan keburukan dan sebab-sebab kepada keburukan akan menjadi banyak. Dan ketika dalam keadaan seperti itu, seorang yang berpegang teguh dengan agamanya menjadi sangat sedikit. Dan keterasingan ini berada pada kondisi yang sulit dan sangat berat, seperti kondisi seseorang yang menggenggam bara api, dikarenakan kuatnya orang-orang yang menyimpang dan banyaknya fitnah yang menyesatkan, fitnah-fitnah syubuhat, keragu-raguan dan penyimpangan, dan fitnah-fitnah syahwat dan berpalingnya makhluk kepada urusan dunia dan tersibukkannya mereka di dalamnya secara lahir dan batin, dan lemahnya iman, dan sulitnya orang yang sendiri (istiqomah) dikarenakan sedikitnya orang yang menolong dan membantunya.

Akan tetapi orang yang berpegang teguh dengan agamanya yang ia tegak menolak penyimpangan dan rintangan, yang tidaklah berbuat demikian kecuali orang yang memiliki bashiroh (ilmu) dan keyakinan, orang yang memiliki iman yang kuat, yang merupakan sebaik-baik makhluk, dan yang paling tinggi derajat dan kedudukannya di sisi Alloh.

Adapun petunjuk, maka hadits ini merupakan petunjuk kepada umatnya agar membiasakan dirinya dengan kondisi ini, dan supaya mereka mengetahui bahwa hal ini akan terjadi, dan barang siapa yang menghinakan arus ini dan tetap sabar di atas agama dan imannya –dengan penyimpangan-penyimpangan ini– maka baginya derajat yang tinggi di sisi Alloh dan Alloh akan menolongnya terhadap apa-apa yang dicintai-Nya dan diridhoi-Nya. Sesungguhnya pertolongan itu sesuai dengan tingkat kesabaran.

Dan betapa miripnya zaman kita ini dengan sifat yang disebutkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم ini, sesungguhnya tidaklah tersisa Islam ini kecuali hanya tinggal namanya saja, tidak pula al-Qur’an kecuali tinggal tulisannya saja; iman yang lemah dan hati-hati yang terpecah belah; pemerintahan-pemerintahan yang terpisah-pisah, permusuhan dan kebencian yang menjauhkan antara sesama muslimin; musuh-musuh yang lahir dan yang batin, mereka beramal secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan untuk menghancurkan ad-Dien; ilhad dan sekulerisme, arus dan gelombangnya yang jelek menghanyutkan orang tua dan orang muda; dan orang-orang yang mengajak kepada akhlaq yang rusak, dan penghancuran atas sisanya yang lain. Kemudian penerimaan manusia terhadap perhiasan-perhiasan dunia yang telah menjadi tujuan akhir amal mereka dan cita-cita terbesar mereka, yang mereka ridho dan benci karena dunia; dan propaganda yang jahat untuk memandang remeh terhadap akhirot, dan penerimaan secara menyeluruh terhadap urusan dunia; penghancuran ad-Dien, memandang hina dan memperolok-olok orang yang berpegang pada ad-Dien serta semua hal yang menyebutkan kemuliaan ad-Dien; Berbangga diri, keangkuhan dan kesombongan dengan pendekatan-pendekatan yang dibangun di atas ilhad (atheisme) yang pengaruhnya, kejelekkannya dan keburukannya telah disaksikan oleh para hamba Allah.

Dengan keburukan yang bertumpuk-tumpuk ini, arusnya yang jahat dan yang mencemaskan bagi ad-Dien, dan fitnah-fitnah yang ada serta masa depan yang suram -dengan perkara-perkara ini dan yang selainnya- engkau akan mendapati kebenaran hadits ini.

Akan tetapi walaupun begitu, seorang mu’min tidaklah berputus asa dari rahmat dan pertolongan Alloh, dan janganlah pandangannya hanya terbatas pada sebab-sebab yang dzohir saja, bahkan hendaknya ia melihat dalam hatinya setiap saat kepada Alloh Al-Kariim Al-Wahhaab yang mewujudkan sebab-sebab, dan jadilah kelapangan itu berada di hadapannya, dan janji Alloh yang tidak akan diselisihi-Nya, karena Alloh akan menjadikan kemudahan untuknya setelah kesulitan, dan bahwa kelapangan itu bersama kesulitan, dan menghilangkan kesulitan-kesulitan itu dengan kesulitan-kesulitan yang sangat dan merasakan duka cita.

Maka seorang mu’min yang berkata pada keadaan ini :

(لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ)

Dan :

(حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْل. عَلَى اللهِ تَوَكَّلْنَا. اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ، وَإِليْكَ الْمُشْتَكَى. وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ. وَبِكَ الْمُسْتَغَاثُ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ)

Dan ia tegak dengan apa-apa yang telah ditetapkan atasnya dari iman, nasehat dan dakwah. Merasa cukup dengan yang sedikit jika tidak ada yang banyak, serta dengan hilangnya dan menjadi ringannya beberapa keburukan, jika tidak mungkin baginya selain itu (yang lebih baik, pent)


َمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar” [QS. At-Tholaq : 2]

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” [QS. At-Tholaq : 3]

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً

“Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” [QS. At-Tholaq : 4]

Dan segala puji bagi Alloh yang dengan-Nya sempurna semua amal sholih, dan semoga sholawat selalu tercurah kepada Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga hari kiamat.

***

[Diterjemahkan dari kitab Syarh Jawami'il Akhbar karya asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, hadits ke-99, sumber : http://sahab.org. Catatan kaki oleh Abu SHilah]

——————————-
Catatan Kaki :

[1] Demikian lafadz hadits yang tertulis dalam file kitab Syarh Jawami’il Akhbar yang ada pada kami, tapi lafadz ini berbeda sedikit dengan lafadz pada Jami’ at-Tirmidzi (2260), yakni :

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang bersabar pada agamanya diantara mereka seperti orang yang menggenggam bara api.”


Dishohihkan al-Albani dalam Shohihul Jami’ (8002),


=========================================================================================================

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

”Akan datang suatu zaman kepada manusia di mana orang yang memegang agamanya ibarat orang yang menggenggam bara api.”(HR Tirmidzi 2140)



بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Pada awalnya Islam itu asing dan Islam akan kembali asing sebagaimana pada awalnya. Sungguh beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR Muslim no 389 dari Abu Hurairah)


Juga dari Abu Sa’îd Al-Khudry ,Rasululloh telah bersabda,



( لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى! قَالَ: فَمَنْ )

“Sungguh kalian betul-betul akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga, andaikata mereka masuk ke lubang dhab[1], niscaya kalian akan mengikutinya,” Kami berkata, “Wahai Rasulullah, apakah mereka adalah orang-orang Yahudi dan Nashara?” Beliau menjawab, “(Ya), siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (H.R. Al-Bukhâry dan Muslim)

=================================================================

Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu tentang perpecahan ummat, Nabi Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda :

وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ فِي رِوَايَةٍ : مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِي
“Sesunggunya agama (ummat) ini akan terpecah menjadi 73 (kelompok), 72 di (ancam masuk ke) dalam Neraka dan satu yang didalam Surga, dia adalah Al-Jama’ah”. (HR. Ahmad dan Abu Daud dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dan juga mirip dengannya dari hadits Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu)


عن العرباض بن سارية قال: صلى بنا رسول الله ذات يوم ثم أقبل علينا فوعظنا موعظة بليغة ذرفت منها العيون ووجلت منها القلوب، فقال قائل: يا رسول الله كأن هذه موعظة مودع، فماذا تعهد إلينا؟ فقال: أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبدا حبشيا؛ فإنه من يعش منكم بعدي فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء المهديين الراشدين، تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
“Dari sahabat ‘Irbadh bin As Sariyyah rodhiallahu’anhu ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam shalat berjamaah bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu beliau memberi kami nasehat dengan nasehat yang sangat mengesan, sehingga air mata berlinang, dan hati tergetar. Kemudian ada seorang sahabat yang berkata: Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat seorang yang hendak berpisah, maka apakah yang akan engkau wasiatkan (pesankan) kepada kami? Beliau menjawab: Aku berpesan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, dan senantiasa setia mendengar dan taat ( pada pemimpin/penguasa , walaupun ia adalah seorang budak ethiopia, karena barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan menemui banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’ Ar rasyidin yang telah mendapat petunjuk lagi bijak. Berpegang eratlah kalian dengannya, dan gigitlah dengan geraham kalian. Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang diada-adakan, karena setiap urusan yang diada-adakan ialah bid’ah, dan setiap bid’ah ialah sesat“. (Riwayat Ahmad 4/126, Abu Dawud, 4/200, hadits no: 4607, At Tirmizy 5/44, hadits no: 2676, Ibnu Majah 1/15, hadits no:42, Al Hakim 1/37, hadits no: 4, dll)


Dalam hadits Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا كِتَابُ اللهِ وَسُنَّتِيْ
“Saya tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan sesat di belakang keduanya, (yaitu) kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. Malik dan Al-Hakim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Al-Misykah )

Wallahu A’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan Tinggalkan Komentar Anda Disini

Qur'an Player

ahlulhadistterjemahan-al-quranhadits-bukharyhadits shahih muslimhadits arbain
muslimah.or.idkisah muslimkonsultasi syariahpengusaha muslimkajian netislam-downloadStudy Islamekonomisyariat
yufid tv